Senin, 30 April 2012

Struktur Produksi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan


DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA

Di negara Indonesia ini secara grafis dan klimatogis merupakan negara yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi. Dengan garis ppantai yang terluas di dunia, iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjaang tahun, hutan dan kandungan bumi Indonesia yang sangat kaya, merupakan bahan yang utama untuk membuat negara kita menjadi kaya. Suatu perencanaan yang bagus yang mampu memanfaatkan semua bahan baku tersebut secara optimal, akan mampu mengantarkan negara Indonesia menjadi negara yang makmur akan hasil pertaniannya dan hasil rempah-rempahnya. Ini terlihat dari hasil Pelita III sampai dengan Pelita V yang dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% - 8% membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan penduduk yang tinggi. Dan Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat julukan “Macan Asia”.
Namun ternyata semua pertumbuhan ekonomi dan pendapatan tersebut ternyata tidak memberikan dampak yang cukup berati pada usaha pengentasan kemiskinan. Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002 angka tersebut sudah turun menjadi 18% dan pada menjadi 14% pada tahun 2004. Situasi terbaik terjadi antara tahun 1987-1996 ketika angka rata-rata kemiskinan berada dibawah 20%, dan yang paling baik adalah pada tahun 1996 ketika angka kemiskinan hanya mencapai 11,3%.
Di Indonesia pada awal orde baru para pembuat kebijakkan perencanaan pembangunan di Jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnya terpusatkan hanya di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan hanya disektor-sektor tertentu saja pada akhirnya akan menghasilkan “Trickle Down Effect” . Didasarkan pada pemikiran tersebut, pada awal orde baru hingga akhir tahun 1970-an, strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan orde baru lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi.
Krisis yang terjadi secara mendadak dan diluar perkiraan pada akhir dekade 1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Bagi kebanyakan orang, dampak dari krisis yang terparah dan langsung dirasakan, diakibatkan oleh inflasi. Antara tahun 1997 dan 1998 inflasi meningkat sebesar 6% menjadi 68%, sementara upah rill turun menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya. Akibatnya, kemiskinan meningkat tajam. Antara tahun 1996 dan 1999 proporsi orang yang hidup dibawah garis kemiskinan bertambah dari 18% menjadi 24% dari jumlah penduduk. Pada sat yang sama, kondisi kemiskinan menjadi semakin parah, karena pendapatan kaum miskin secara keseluruhan menurun jauh dibawah garis kemiskinan.

Struktur Produksi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan

Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kondisi sosial dan politik.
Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Negara maju menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relative kecil dibanding negara sedang berkembang, dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat GDP dan GNP mereka relative tinggi. Walaupun demikian, masalah ini bukan hanya menjadi masalah internal suatu negara, namun telah menjadi permasalahan bagi dunia internasional.
Berbagai upaya yang telah dan sedang dilakukan oleh dunia internasional, baik berupa bantuan maupun pinjaman pada dasarnya merupakan upaya sistematis untuk memperkecil kesenjangan pendapatan dan tingkat kemiskinan yang terjadi di negara-negara miskin dan sedang berkembang. Beberapa lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia serta lembaga-lembaga keuangan internasional lainnya berperan dalam hal ini. Kesalahan pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan bantuan dan/ atau pinjaman tersebut, justru dapat berdampak buruk bagi struktur sosial dan perekonomian negara bersangkutan.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Adapun secara umum penyebab kemiskinan diantaranya:

1.     Kemalasan.
2.     Kebodohan dan pemborosan.
3.     Bencana alam.
4.     Kejahatan, misalnya dirampok
5.     Genetik dan dikehendaki Tuhan, baik genetika orang tua, tempat lahir, kondisi orang tua yang miskin

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Pertumbuhan dan Pemerataan

Di tengah hiruk pikuk berita tentang koalisi dan pencapresan, ada kabar baik yang bertiup soal pertumbuhan ekonomi. Ketika perekonomian dunia mengalami kontraksi, perekonomian Indonesia ternyata masih bisa tumbuh. Tercatat hanya dua negara di Asia Tenggara yang masih tumbuh, yakni Indonesia dan Vietnam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi dalam kuartal I 2009 ini mencapai 4,4 persen. Sektor yang banyak menyumbang dalam pertumbuhan tersebut adalah sektor konsumsi, baik konsumsi masyarakat maupun pemerintah. Selain itu, juga sektor pertanian, listrik, dan komunikasi.
Jika dilihat dari sekadar angka, memang pertumbuhan itu relatif rendah. Setidaknya, pertumbuhan sebesar itu tidak mampu mengurangi jumlah pengangguran secara signifikan. Bahkan, pertumbuhan sebesar itu tak mampu mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang diperkirakan dua juta orang per tahun.
Tapi, jika dilihat dari situasi global, pertumbuhan itu cukup melegakan. Dalam kelompok negara-negara besar, hanya Indonesia, Cina, dan Vietnam yang tumbuh positif. Negara lain yang merupakan raksasa ekonomi, seperti Amerika, Uni Eropa, dan Jepang, rontok, tumbuh negatif. Singapura, yang sebelumnya berjaya, harus anjlok minus 11 persen.
Pertumbuhan di Indonesia dipompa dari pergerakan ekonomi dalam negeri. Ketika ekspor tidak bisa lagi diandalkan sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi, perekonomian dalam negeri harus kita tingkatkan. Ratusan juta penduduk Indonesia merupakan pasar potensial bagi produk-produk dalam negeri.
Gerakan menggunakan produk dalam negeri harus diintensifkan. Kabar bahwa pemerintah mewajibkan semua kebutuhan bisa disuplai oleh dalam negeri, cukup menggembirakan asalkan bisa dilaksanakan dengan konsisten. Dan, kalau bisa, bukan hanya produk industri, tetapi juga produk-produk jasa, termasuk jasa keuangan.
Di sisi lain, kita harus ingat bahwa meskipun ekonomi tumbuh, tetapi pertumbuhan itu tidak dibarengi dengan pemerataan. Akibatnya, mereka yang kaya kekayaannya makin menumpuk, sementara jumlah orang miskin persentasenya masih sangat besar. Tipisnya penurunan jumlah penduduk miskin sangat kontradiktif dengan pertumbuhan kekayaan kalangan atas yang begitu melesat.
Kesenjangan ini menjadi pekerjaan rumah bagi presiden mendatang yang terpilih. Presiden mendatang jangan hanya mengejar pertumbuhan, tetapi juga kejar pemerataan. Kejar pertumbuhan yang berkualitas. Pertumbuhan tanpa pemerataan hanya akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak karena kecemburuan sosial antara yang miskin dan yang kaya.
Perlu terobosan dalam mengelola perekonomian, terutama dalam menggerakan ekonomi rakyat secara massal. Ekonomi rakyat harus lebih diperhatikan, misalnya, membangun pasar-pasar tradisional tanpa menggusur. Sektor riil harus diakselerasi dengan memberikan berbagai kemudahan pada industri kecil, menengah, dan besar serta industri kreatif.
Jika industri dalam berbagai skala bisa tumbuh, ditambah lagi muncul kecintaan untuk memakai produk dalam negeri, ke depan pertumbuhan ekonomi bisa lebih dipacu. Dan, yang jelas, pertumbuhan yang melibatkan rakyat banyak akan memberi dampak positif berupa pemerataan.
Sumber
http://gabyclarasintapw.blogspot.com/2012/03/8-struktur-produksi-distribusi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar